Rabu, 12 Maret 2014

Surat-surat Rasul Paulus


Nama               : Vivin Lindayani
NIM                : 210083



Surat-surat Rasul Paulus ada 11 ( sebelas) Surat,  penulis akan memaparkan tentang Sejarah, Latar belakang, dan Muatan Teologis dari Surat-surat tersebut

1.      Surat Roma

Sejarah
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus.[1] Dalam surat ini terkesan bahwa tugas Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan dana bagi jemaat di Yerusalem, telah selesai.[2] Nampaknya surat ini merupakan surat terakhir Paulus yang ditulisnya di daerah Yunani.[3] Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus. Hal ini disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat Korintus. Surat Paulus kepada jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan, sehingga hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu.[4]

Latar Belakang
Pada zaman Perjanjian Baru Kota Roma merupakan pusat kekai-saran Romawi dan  juga sebagai pusat dunia. Tentang pendiri Kota Roma diliputi oleh legenda.[5] Sebagai pusat dunia, kota Roma menjadi tempat tinggal banyak bangsa. Penggalian-penggalian membuktikan bahwa, mula-mula kota Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya bangsa-bangsa, bukan tempat satu suku bangsa saja.[6] Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan sistem administrasi Kekaisaran Romawi menyerap banyak kota, negara, dan bangsa.[7]
Kota Roma disebut “Kota Abadi”. Ia dilimpahi dengan kemewahan, sejarah, dan bangunan-bangunan megah, juga terdapat air mancur-air mancur sehingga disebut sebagai “Selokan Kerajaan”.[8] Kota yang luasnya 12 mil ini berpenduduk kira-kira satu juta orang dan setengahnya terdiri atas para budak, sebab di kota tersebut praktek jual beli budak sangat marak.
Di kota ini terdapat orang-orang Yahudi kira-kira 20.000,[9] tetapi menurut Witherington jumlahnya di antara 40.000 atau 50.000.[10] Hal itu menandakan bahwa orang Yahudi cukup banyak di kota itu. Terbukti karena adanya sinagoge yang cukup banyak. [11] Di Roma sedikit sekali golongan kelas menengah karena biasanya orang-orang Roma kalau kaya, sangat kaya dan kalau miskin, sangat miskin.[12]
Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan, tidak saja dipersatukan oleh politik Romawi teta-pi juga oleh kebudayaan Yunani.[13] Seperti dikatakan oleh D. Kuhl, “Dalam pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika kebudayaan Yunanilah (Helenisme) yang menjadi alat pemersatu. Sedang-kan dalam ilmu hukum, bidang administrasi, dan kemiliteran peranan Romawi yang berpengaruh.”[14] Sesungguhnya hal ini menyatakan bahwa ada dua kekua-saan yang tetap eksis, secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani. Keduanya secara berturut-turut menguasai dunia.
Kebudayaan Yunani sangat tinggi sehingga mampu merembesi seluruh daerah Mediterania bahkan ibu kota penguasa dunia pada saat itu, Roma.  Tentang silang dua kekuasaan ini J. I. Packer menyatakan:
Kekuatan politik Yunani telah berlalu, tetapi budaya dan suasana Yunani telah menjadi fondasi bagi kebudayaan kekaisaran Romawi, sebagimana seorang penulis Romawi, Horatius, mengamati bahwa “Orang Yunani yang tertawan telah menawan penawannya.” Kesenian, literatur, dan gaya pemerintahan Yunani berkembang dengan subur hampir sepanjang periode Romawi ini.  Bahkan bahasa Yunani koine tetap menjadi bahasa resmi dunia usaha di Timur Dekat, dan Perjanjian Baru sendiri ditulis dalam bahasa ini.[15] Inilah gambaran kota Roma sebagai alamat surat Paulus. Kota metropo-litan, pusat dunia, dan bersifat plural.

            Muatan Teologis
Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan
Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara menyeluruh. Ia menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk memberitakan Injil dan menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat kepada Allah. Paulus mendefinisikan Injil (euangelion) sebagai kekuatan Allah. Ungkapan ini menunjukkan ciri Kristologi Paulus. Injil menjadi kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang menyelamatkan, bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan Allah. Tindakan penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan untuk menyelamatkan setiap manusia.[16] Injil menyelamatkan semua bangsa baik Yahudi maupun non Yahudi.[17]
Kutuk dan pembenaran Allah
Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah. Manusia yang hidup tanpa Kristus digambarkan seperti manusia yang hidup di dalam kutuk. Menurut Paulus orang Yahudi maupun non Yahudi telah berdosa dan berada di bawah murka Allah. Mereka gagal mengenal siapa Allah sesungguhnya dan menyembah berhala.[18] Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan sunat memang baik dan suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan Allah. Bagi Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi oleh iman. Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah mati di kayu salib. Dalam hal ini Paulus tidak setuju dengan pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat dibenarkan oleh perbuatan. [19]
Hidup dalam pengharapan
Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah. Menurut Paulus ada tiga dasar pengharapan bagi orang beriman.[20]
  1. Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan inisiatif Allah untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.
  2. Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada Kristus yang bangkit dan hidup. Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adam tetapi akan dibangkitkan di masa yang akan datang.
  3. Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah kepada orang beriman. Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa sekalipun mengalami penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.
Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat yang besar dalam menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman sebagai anak-anak Allah. Status ini yang akan dinyatakan kepada manusia.[21]
Kesetiaan Allah kepada Israel
Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah kepercayaan akan Kristus. Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia kepada umat pilihan-Nya Israel. Paulus mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah tetap setia kepada Israel. Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang Mahakuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya. Allah murka kepada orang-orang Yahudi karena mereka gagal melaksanakan hukum Taurat. Allah memilih orang non-Yahudi menjadi umat-Nya untuk membuat orang-orang Yahudi iri. Namun demikian, tidak selamanya Allah akan murka kepada mereka.[22] Allah akan tetap setia kepada Israel dan bangsa-bangsa lain jika mereka takut akan Allah. Pada akhirnya, Allah akan tetap menyelamatkan semua orang Israel baik Yahudi maupun non-Yahudi.[23]
Gereja sebagai tubuh Kristus
Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Allah.[24] Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai manusia yang hidup di dalam dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar tidak serupa dengan dunia ini melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal budi.[25] Paulus mengingatkan bahwa sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus hidup dalam kasih, dimana golongan yang kuat haruslah mengasihi golongan yang lemah dan golongan yang lemah harus menerima golongan yang kuat.[26] Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu diingatkan oleh Paulus untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain, supaya keutuhan persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.[27]

2.      Surat Korintus 1 dan 2

Sejarah
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2 Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[28] Surat Korintus yang pertama ditulis setelah Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang Kloe.[29] Berita buruk tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling menyombongkan diri. [30]
Latar belakang [31]
               Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.

               Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.

               Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16).  Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas
berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.

            Muatan Teologis

1.      Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan

Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3). Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.[32]

2.      Hidup kudus sebagai tubuh Kristus

Sabagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan. Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala.[33] Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.[34]

3.      Kebangkitan orang mati

Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Korintus 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh. Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus. Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan. Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).[35]
 
3.      Surat Galatia

Sejarah[36]
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Kitab ini sebenarnya berwujud sebuah surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah negara Turki). Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya. Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.

Latar Belakang[37]

Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.
Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam halam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut kerasulannya.
Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleha rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus. Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6). Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang kuat.

Muatan Teologis[38]

Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat. Tema Fundamental ini ini terkenal dengan pengalaman religiusnya sendiri dan penolakkannya terhadap upaya-upayakeras untuk memperoleh keselamatan melalui disiplin biara Katolik.
Dengan demikian, sejak itu ia telah memberi eksegesis secara keliru. Luther merasakan kebebasan luar biasa, ketika ia melepaskan beban perasaan bersalah yang amat mendalam. Ia membeca perkataan Paulus dalam Surat Galatia dan Roma yang mengatakan bahwa Allah menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya, sekalipun ia adalah orang berdosa. Kebenaran diberikan kepadannya, ia dinyatakan sebagai orang benar oleh karena anugerah Allah, sekalipun ia tetap berdosa.
Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8). Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).
Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.

4.      Surat Efesus

Sejarah
Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil, dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia.
Kota ini dulunya terkenal karena adanya "Kuil (dewi) Artemis" (Temple of Artemis; selesai dibangun pada tahun 550 SM), salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Kaisar Konstantin I membangun kembali hampir keseluruhan kota ini dan mendirikan tempat-tempat mandi umum yang baru. Berdasarkan surat perintah "Edik Tesalonika" (Edict of Thessalonica) dari kaisar Theodosius I, kuil itu dihancurkanYohanes Krisostomus.[39] Kota ini sebagian hancur akibat gempa bumi pada tahun 614 M. Pentingnya kota ini sebagai pusat perdagangan menurun karena pelabuhannya lambat laun ditumpuki oleh endapan sungai Cayster (Küçük Menderes).
Efesus adalah salah satu dari tujuh Jemaat di Asia Kecil yang disebutkan dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes. Diduga Yohanes menulis Injilnya di kota ini. Pada abad ke-5 kota ini menjadi tempat pertemuan besar orang Kristen, yang disebut "Konsili", salah satu yang terkenal adalah "Konsili Efesus".[40]

Latar Belakang

Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut.[41] Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.
Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus.[42] Dalam surat ini penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.[43]

            Muatan Teologis[44]
1.      Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
2.      "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
3.      Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
4.      Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
5.      Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama

5.      Surat Filipi

Sejarah
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi  adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi.[45] Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.[46]
Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.
Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.[47]

Latar Belakang[48]
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.
Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6). 

            Muatan Teologis[49]
1.         Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.
2.         Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-14).
3.         Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).
4.         Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.
5.         Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fili 4:13).

6.      Surat Kolose

Sejarah
Pada 396 SM, pada Perang Persia, Tisafernes, seorang satrap, dipikat ke Kolose dan dibunuh oleh seorang suruhan dari pihak Koresh (Cyrus). Plinius mengatakan bahwa wol Kolose (colossinus) kemudian digunakan untuk nama warna bunga cyclamen. Pada masa Helenis, kota ini menduduki tempat yang cukup penting dalam perdagangan meskipun pada abad pertama kedudukannya serta jumlah penduduknya banyak sekali berkurang.[50]
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat gereja di Kolose (Kolose 1:2), dan menyebutkan kepada Filemon bahwa ia berharap untuk mengunjungi kota itu bila ia dibebaskan dari penjara (lihat Filemon 1:22). Tampaknya Epafras adalah pendiri gereja di Kolose.
Kota ini tinggal reruntuhan (kemungkinan karena gempa bumi), dan kota Bizantium, Chonas atau Chonum berdiri di lokasi dekat reruntuhannya. Bila kita meninjau literatur klasik, Bizantium atau literatur Abad Pertengahan yang menyebutkan situs ini akan tampak perubahan nama dari sebagian atau keseluruhan bagian kota Kolose menjadi Kona atau Chonae. Kota ini adalah tempat kelahiran para penulis Abad Pertengahan Nicetas Choniates dan Michael Choniates.
Dalam seni Bizantium dan Rusia, tema Mukjizat Penghulu Malaikat Mikail di Kota sangat terkait dengan situs ini. Biara Chudov (Biara Mukjizat) di Kremlin, Moskwa, tempat para tsar Rusia dibaptiskan, dipersembahkan kepada perayaan Mukjizat di Kona[51]

            Latar belakang
Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu itu. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose itu. Informasi yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras. Epafras melaporkan kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang salah. Guru-guru itu menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah "roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini". Selain itu, kata guru-guru itu kepada jemaat di Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya.[52]
Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab terhadap jemaat di Kolose tersebut. Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun ditulis untuk mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti dari sari surat ini ialah bahwa Yesus Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus. Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan menyelamatkannya. Harapan dunia untuk diselamatkan hanyalah melalui bersatu dengan Kristus.[53]
Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu dengan kehidupan orang Kristen. Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke Kolose untuk Paulus. Dia ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang anggota jemaat di Kolose.[54]

Muatan Teologi [55]

Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman teologi untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-Nya. Tuhan itu memberikan penghakiman yang adil dan bijaksana. Dia mengutus Anak-Nya untuk mencapai pendamaian. Yesus yang menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar kehidupan yang diberikan kepada umat-Nya. Hidup umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar. Hal ini ditunjukkan melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus. Paulus di dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar.
Adanya makna yang ditujukan kepada gereja. Roh Kudus dan gereja terletak jejak-jejak yang dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke dalam situasi sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya dibaca di dalam gereja (4:16). Hal ini pula mengingatkan gereja bahwa gereja tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut secara murni. Setiap orang Kristen yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya. Tetapi kebenaran Kristen tetap menjadi milik bersama.
Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan Allah. Tidak ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada Kristus. Manurut Paulus, gereja adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

7.      Tesalonika 1 dan 2

Sejarah
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang sebenarnya merupakan suatu surat (yang pertama dari dua surat) kepada jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Surat ini (maupun surat yang kedua kepada jemaat yang sama) ditulis oleh Paulus. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk menyebut surat ini, merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi di kekaisaran Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika, khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.[56]
Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang non-Yahudi. Mereka marah karena orang non-Yahudi telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea. Setibanya di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, danrekan- rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.[57]
 
               Latar Belakang[58]
 
               Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini 
adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara
penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus 
mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil 
di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).

               Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan 
singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari 
Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), dimana Timotius 
bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat 
yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah 
menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja 
di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin 
tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.

Muatan Teologi[59]

kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke jemaat Tesalonika. Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-sebabnya Paulus mengarang surat ini. Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang berbahagia. Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan kekuasaan-Nya. Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu.
Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang lengkap dan teratur. Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan pikiran manusia tentang keadaan alam semesta. Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui dan sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.
Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai perhitungan saja. maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan baginya. Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam sengsaranya. Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang dan pengharapan, yang tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama masih berjuang di bumi. 

8.      Surat Timotius 1 dan 2

Sejarah
Surat Paulus kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda.[60] Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.
Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus -- yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.[61]

Latar Belakang[62]
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.
Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun 67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8). 

Muatan Teologi[63]
1.      Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
2.      Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.
3.      Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya.
4.      Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.

9.      Surat Titus

Sejarah
Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[64] Bersama dengan surat Timotius, surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan tugas sebagai seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk [65]menanggulangi ajaran sesat.[66] Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam pekerjaannya.[67]
 
Latar Belakang[68]
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan
  1. disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,
  2. dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),
  3. dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan
  4. pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).
Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua.
Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).
Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Muatan Teologis[69]
  1. Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).
  2. Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.
  3. Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).
10.  Surat Filemon

Sejarah
Paulus kepada Filemon merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen dan salah satu kumpulan surat-surat Paulus.[70] Surat ini unik karena menjadi surat terpendek di antara surat-surat Paulus yang lainnya.[71] Selain itu, surat ini juga satu-satunya surat pribadi Paulus yang kita miliki.[72] Secara umum surat ini berisikan permohonan Paulus kepada Filemon agar Filemon berbaik hati kepada Onesimus, budaknya yang melarikan diri.[73] Filemon sendiri adalah seorang Kristen terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat di Kolose. Paulus mengirimkan surat ini bersamaan dengan surat kepada jemaat di Kolose.[74] Surat ini merupakan salah satu contoh surat nasihat. Surat nasihat seperti ini kerap sekali ditulis dalam dunia Yunani-Roma di zaman Paulus.[75]
 
Latar Belakang[76]
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang pertama di Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon (ayat File 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang sama.
Filemon menjadi pemilik hamba (ayat File 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd. ayat File 1:1-2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus (ayat File 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13). Sekarang dengan segan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9). 

Muatan Teologis[77]
  1. Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.
  2. Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.
  3. Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku" (ayat File 1:12).
11.  Surat Ibrani

Sejarah
Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode awal kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya termasuk kristologi yang rumit.[78] Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip khotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki.[79] Di dalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonis.[80]
 
            Latar belakang
Penulis surat ini tidak mencantumkan namanya, sehingga tidak diketahui pasti. Pada abad-abad pertama kekristenan hingga Abad Pertengahan, surat Ibrani diyakini ditulis oleh Rasul Paulus, meskipun tidak dimulai dengan nama Paulus, seperti surat-surat Paulus lainnya.[81] Pandangan ini kehilangan banyak pendukungnya, karena beberapa hal. Pertama, gaya penulisan surat ini berbeda dengan gaya penulisan Rasul Paulus.[82] Kedua, ada keterangan di dalam surat ini yang menyebutkan bahwa si penulis adalah orang yang menerima perkataan Kristus dari orang lain (Ibrani 2:3), sementara Paulus sendiri mengaku sebagai saksi mata yang telah melihat Yesus dan dengan demikian memiliki status yang sama dengan rasul-rasul yang lain. Barnabas dan Apolos juga disebut-sebut sebagai penulis surat ini, namun pandangan ini tidak didukung cukup bukti. Akhirnya, para pakar modern sepakat bahwa tidak ada kepastian mengenai penulis surat ini.[83] Yang jelas, penulisnya adalah orang berpendidikan yang terlatih dalam hukum Taurat, retorika Yunani yang juga mengenal dengan baik filsafat Plato.[84]

Muatan teologi[85]

Penulis surat ini berusaha mendorong pembacanya supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini.
Pertama, Yesus adalah Anak Tuhan -- Anak yang kekal. Anak Tuhan itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Tuhan, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri.
Kedua, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama.
Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara-upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat padaYesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.




[2]M.E. Duyverman. 1990, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 94-101.
[3]Samuel Benyamin Hakh. 2010, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 201-210. 
[4]John Drane. 2005, Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 369-372. 
[5]Ada  legenda yang mengatakan bahwa Roma didirikan oleh Aeneas, pejuang dari Troya, setelah Troya jatuh pada tahun 753 sM. Legenda lain mengatakan, kota Roma didirikan oleh dua orang keturunannya, Romulus dan Remus, pada tahun 753 sM, J. I. Packer dkk, Dunia Perjanjian Baru, (Surabaya: Yakin-Malang: Gandum Mas, 2004), hlm. 68. Tetapi tradisi lebih menerima kemungkinan kedua E. A. Judge, ‘Roma’ dalam Enslikopedi Alkitab Masa Kini, jilid II M-Z, oleh J. D. Douglas dkk, peny., (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bisa Kasih, 2005), hlm. 321
[6]Ibid.
[7]John Staumbaugh dan David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hlm. 197
[8]Charles Ludwig, Kota-kota pada Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Kalam Hidup, 1999), hlm. 16
[9]Ibid., hlm. 21-28
[10]Ben Witherington III, Paul’s Letter to the Romans: A Social Rehtorical Commentary, (Grand Rapids: Eerdmans Publidhing Company, 2004), p. 12
[11]Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (IPB), (Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia [YPPII], 1999, ed. rev.), hlm. 122
[12]Ludwig, Kota-kota dalam PB, hlm. 21
[13]Ibid., hlm. 55
[14]Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja Jilid I: Gereja Mula-mula di dalam Lingkungan Kebudayaan Yunani-Romawi (30-500), (Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia [YPPII], 1998), hlm. 30
[15]Packer, Dunia Perjanjian Baru, hlm. 64-65
[16]Samuel Benyamin Hakh. 2010, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 201-210.
[17]Udo Schnelle. 2005, Apostle Paul, His Life and Theology. Grand Rapids Michigan: Baker Academic. hlm. 306-310.
[18]Ibid 201-210
[19]Ibid 306-310 
[20]bid 201-210
[21]Ibid 306-310  
[22]Samuel Benyamin Hakh. 2010, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 201-210.
[23]Frank Tielman. 2005, The Theology of the New Testament. Grand Rapids Michigan: Zondervan. hlm. 368-370.
[25]Ibid 201-210 
[26]Ibid 306-310  
[27]Ibid 201-210 
[28]ohn Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.346-360.
[29]J.D Douglas. 1992. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I (A-L). Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. Hlm.583-587.
[30]Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm.33-34.
[31]http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical (diambil Tanggal 1 Maret 2014 ; jam 15.10) 
[32]Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm.137-155.
[33]Howard M. Gering. 1992. Analisis Alkitab Perjanjian Baru. Jakarta: Yayasan Pekabar Injil "IMMANUEL". Hlm.64-67.
[34]Ibid 137-155.
[35]Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm.137-155.
[36]J. J. W. Gunning.1975.Tafsiran Alkitab: Surat Galatia.Jakarta.Gunung Mulia.17-64.
[37]W. R. F Brown.2002.Kamus Alkitab.Jakarta.Gunung Mulia.112-113.
[38]W. R. F Brown.2002.Kamus Alkitab.Jakarta.Gunung Mulia.112-113.
[39] The western shores of Turkey: discovering the Aegean and Mediterranean coasts. New York: I.B. Tauris. hlm. 147–8. ISBN 1-85043-618-5.
[40]Understanding the Bible, Palo Alto, Mayfield, 1985.
[41]Francis Foulkes.1991, New Testament Commentaries, USA:Grand Rapids. Hlm. 19-20.
[42]PT. Nilakandi.1982 Tafsiran Alkitab Masa Kini 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 597-599.
[43]J.L. Abineno.1997,Tafsiran Alkitab Surat Efesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.1-3.
[45]Bambang Subandrijo. 2010, Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 38-39.
[46]Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 182-183.
[47]Willi Marxsen. 2006, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 60.
[48]Merrill Tenney. 1995, Survey Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. hlm. 400.
[50]Bennett, Andrew L. "Archaeology From Art: Investigating Colossae and the Miracle of the Archangel Michael at Kona." Near East Archaeological Society Bulletin 50.
[51]Easton's Bible Dictionary, 1897.
[52]E. F. Scott. 1930. "The Moffatt New Testament Commentary: The Epistle to The Colossians". London. Hodder and Stoughton. 3-10.
[53]Andrew T. Lincoln. 2004. "The New Interpreter’s Bible: Collosiana" Vol. XI. USA. Abingdon Press. 553-582.
[54]Peter T. O’Brien. 1982. "Word Biblical Commentary: Colossians, Philemon". Texas. Word Book Publisher. xxv-liv.
[55]N. T. Wright.1986.Tyndale New Testament Commentaries: Colossians and Philemon.England.Inter-Varsity Press.19-36.
[56]Arnnold E. Airhart.1969.Beacon Bible Commentary, Vol. IX.USA.Beacon Hill Press.433-438.
[57]W. R. F. Brown.2007.Kamus Alkitab.Jakarta.Gunung Mulia.447-448.
[58]http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical (diambil Tanggal 1 Maret 2014 ; jam 15.10) 
[59]I. H. Enklaar.1986.Tafsiran Alkitab: Tesalonika.Jakarta.Gunung Mulia.xi-xii.
[60] Arnold E. Airhart.1969. "Beacon Bible Commentary", Vol. IX. USA. Beacon Hill Press. 433-438.
[61]W. R. F. Brown. 2007. "Kamus Alkitab". Jakarta. Gunung Mulia. 447-448.
[64]John Drane. 2005, "Memahami Perjanjian Baru". Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 394.
[65] Samuel Benyamin Hakh. 2010, "Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya". Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 242-246.
[66]R. Budiman. 2008, "Tafsiran Alkitab Surat-surat Pastoral I&II Timotius Dan Titus". Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 125.
[67] John Drane. 2005, "Memahami Perjanjian Baru". Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 394.
[69]Ibid http://www.sabda.org
[70]Rainer Scheunemann. 2006, Tafsir Alkitab -- Surat Paulus kepada Filemon. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 1.
[71]W.R.F Browning. 2009, Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 105.
[72]William Barclay. 2001, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 411-433.
[73]Ibid 105
[74]John Drane. 2005, Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 383.
[75] Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 409.
[78]Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi. 15.
[79]Dianne Bergant & Robert J. Karris (eds). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. 413.
[80]S. Wismoady Wahono. 2004. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 470.
[81]Willi Marxsen. 2005. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kristis terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 266
[82]John Drane. 2001. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 476-477
[83]Ibid 15
[84]Ibid 476-477
[85]John Drane. 2001. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 476-477

7 komentar:

  1. thanks banget ya kak Vivin Lindayani, karna udah nge post about Surat Rasul Paulus. nolong aku banget buat ngerjain tugas aku... ^_^. you save my homework. Don't worry, i'll write the source. Last word , i wish God Bless you and your family always and Thank you.. :D :>

    BalasHapus
  2. ada gak sama kak vivin buku
    Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru, Ludwig, Charles.

    BalasHapus
  3. Ada gk Surat Tangisan Paulus?
    Kami ada tugas, jadi aku bingung ada berapa surat tangisan paulus

    BalasHapus
  4. MGM Grand Casino Pittsburgh - MapYRO
    MGM Grand Casino Pittsburgh 여주 출장샵 Map - Best 의왕 출장안마 Price (Room Rates) Guarantee 포천 출장안마 ➤ Book online INR 제주도 출장안마 10 OFF! deal and 시흥 출장샵 discounts with lowest price on Resort Booking.

    BalasHapus
  5. Casino City | The worrione Casino
    The best and luckiest of online 도레미시디 출장샵 casino 나비효과 hotels. Discover hundreds of casinos and slot machines, all made by independent contractors and registered worrione online หารายได้เสริม casinos. Play sol.edu.kg on.

    BalasHapus